SEKAPUR SIRIH MARGALUYUKU
Sebetulnya
bela diri Gerak Badan Pencak MARGALUYU 151 ini sudah mulai tumbuh sejak
jaman kerajaan Mataram,dibawah naungan dan kejayaan serta keemasan
Sultan Agung Hanyokro Kusumo,yang waktu itu dikembangkan ,diukir dan
dicipta oleh pemuda yang bernama “ANDHAK DINATA” putra dari sunda kelapa
atau dari perahyangan Jawa Barat. Konon beliau kebetulan sebagai abdi
keraton Mataram,sebagai abdinya Sultan Agung. Ini terjadi pada tahun
1575 dan Ki Andhak Dinata meninggal pada tanggal 6 Juni 1969. Dalam usia
kira-kira 394 tahun,suatu rahmat tuhan. Merupakan umat yang benar-benar
dikasihinya oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam perkembangan perjalanan
MARGALUYU 151 pada waktu itu sangat sulit karena dalam masa penjajahan
Belanda, namun demikian Eyang Andhak Dinata dengan telaten sabar dan
pasti maju terus,pantang menyerah,terus mendidik dan mengajarkan
jurus-jurusnya kepada pemuda walaupun tidak banyak. Memang pada waktu
itu bela diri ini khusus untuk menghalau musuh Belanda. Dalam latihan
pasti sangat tersendat-sendat dan sembunyi-sembunyi. Dari perjalanan
perkembangan Gerak Badan Pencak MARGALUYU 151 memang sangat dahsyat
sekali karena mulai merebak didalam penjajahan yang kejam dan selalu
menghalanginya, tetapi perjalanan dari tahun ke tahun,bahkan dari abad
ke abad ternyata Gerak Badan Pencak MARGALUYU 151 terus melaju walaupun
sangat lambat,maka setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 yang
berazazkan Pancasila,maka pada tanggal 6 juni 1946 juga berdirilah perguruan Gerak Badan Pencak MARGALUYU 151 dengan
resmi dan juga berzazkan Pancasila. Maka dengan demikian organisasi
beladiri yang pertama yang berazazkan Pancasila dan UUD 1945,sejarah
telah membuktikan bahwa Gerak Badan Pencak MARGALUYU 151 perguruan
tertua di Indonesia. Mulai saat itulah perkembangannya sudah terbuka
walaupun tidak secepat sekarang ternyata mampu menyebar dan berkembang
keseluruh pelosok tanah air yang tercinta gemebar tanpa diumumkan dan
dipromosikan dengan kekuatan Tuhan Yang Maha Esa dapat merebak keseluruh
penjuru tanah air tercinta ini. Alhamdulillah tuhan memberkatinya.
Mulai tahun 1959 tepatnya tanggal 6 Juni Eyang Andhak Dinata dengan
senaghati telah menerima saran tentang pencantuman simbol lambang yaitu Tangan Menggenggam Petir
dan simbol kesatuan 151 usul dan saran ini disampaikan oleh generasi
penerus H.S Effendi,yang mana dia belajar Gerak Badan Pencak MARGALUYU
151 sejak tahun 1956 selesai semua dalam 3 tahun,maka dengn perkembangan
hari mendatang diperkirakan akan timbul beberapa kendala yang akan
memecah belah Margaluyu 151 oleh karena Eyang Andhak Dinata dengan tegas
telah memberikan amanah agar simbul dan lambang tersebut diakui dan
ditetapkan sebagai pemersatu seluruh warga Margaluyu 151 satu sumber
yaitu satu Margaluyu 151 yang kokoh dan satu. Dan juga mulai saat itu
tentang pelaksanaan wisuda dilakukan dengan rajah dan ini usul yang
disampaikan oleh generasi penerus H.S Effendi,sebab agar nantinya tidak
terjadi penyelewengan dengan wisuda seenaknya sendiri-sendiri sehingga
sukar untuk dikontrol,memang Eyang manusia luar biasa selalu
sabar,bijaksana arif dan selalu menerima apa yang dianggap benar untuk
diamalkan. Dapat dicatat bahwa pada tahun 1963 Eyang telah mendatangi
serasehan akbar yang digelar di Rowo Pening Ambarawa,Jawa Tengah.
Yang dihadiri para pendekar-pendekar dunia antara lain dari
Tibet,Mongolia,India,Persia dan masih banyak lagi,terutama dari Persia
yang bernama H.Jahnuun yang mampu berjalan diatas air,ternyata setelah
memberikan ceramahnya beliau mendemonstrasikan kehebatannya berjalan
diatas air,kira-kira 2 meter terus kembali lagi,memberikan tambahan
penjelasan dan sekedar sejarahnya ilmu itu didapatnya dan menantang
siapa saja yang berani mencoba menghentikan atau
menenggelamkannya,ternyata tidak ada yang memberikan tanggapan. Pada
tepat waktu yang genting itu, Eyang memegang pundak H.S Effendi untuk
tetap duduk karena pada waktu itu hanya (saya) yang dibawa Eyang
keserasehan itu. Setelah Eyang berdiri mengangkat tangan siap untuk
menembak jarak jauh,yang mana pendekar Persia itu tertawa nada
mengejek,maka dengan sigapnya pendekar itu terus lari diatas air
,kira-kira baru 3 meter jauhnya,disikat Eyang jarak jauh hanya dengan
jurus tiga saja sudah jatuh tenggelam dan karena memakai jubah sehingga
agak tenggelam dalam sehingga basah kuyub meluntahkan air danau. Keadaan
hening dan justru saat itu Eyang memberikan aba-aba bahwa ada merpati
terbang tinggi dan hanya ditarik dengan jurus lima ternyata berung
merpati jatuh dan tepat ditangan Eyang,luar biasa semua bengong dan
kagum dan seterusnya merpati tersebut dibangunkan dari pingsannya dan
diterbangkan lagi,selang beberapa lagi ada pendekar dari Jawa Timur yang
bernama Abu Bakar yang mampu berjalan diatas tegangan listrik tinggi
yang mestinya akan keluar untuk pamer, ternyata tidak jadi karena sudah
hormat kepada Eyang dan mohon ma`af tidak jadi peragaan . Setelah pulang
dari tempat serasehan dan pendadaran yang mendebarkan itu Eyang dan H.S
Effendi (saya) sampai di Magelang. Sewaktu menyetop bis tidak digubris
oleh sang sopir,hanya dengan jarak satu meter persis didepannya,bis
tersebut berhenti mendadak dan ternyata mesinya rontok dan selamanya
Eyang tidak mau naik bis lagi. Memang Eyang pendekar jempolan dan
pendekar besar di alam yang ramai dan modern ini. Oleh karna khususnya
(saya) sangat junjung tinggi semua amanahnya agar selalu sabar,narimo
dan tegas menghadapi apa saja dan tantangan apa saja dan harus percaya
akan kekuatan yang maha tinggi dari sang maha pencipta alam ini. Setelah
Eyang meninggal dunia banyak kendala antara lain timbulnya beberapa
Margaluyu,inipun meleantarikannya dan yang sangat pengecut lalu
mendirikan perguruan lain yang masih sembunyi-sembunyi memakai dan
menggabungkan dengan ilmu lain dengan berbagai macam samaran,ini
pengecut perlu ditumpas ya kalau dapat disatukan lagi,bagaimanapun
adalah sumbernya satu yaitu Margaluyu. Maka sejak tahun 1959 (saya)
mendapat tugas sangat berat untuk mengemban amanah untuk mengamalkan dan
menyebarkan ilmu Margaluyu ini. Bahkan (saya) tugas untuk mengawasi
jalannya kakak senior yang melenceng mau bikin wisuda sendiri. Ternyata
setelah Eyang surat atau Meninggal dunia ternyata benar timbul sana sini
ada saja yang mendirikan perguruan lain. Biarlah nantinya juga akan
musnah sendiri. Ingat pedoman suci kita.demikianlah semoga tuhan selalu
melindungi kita maju terus pantang mundur. Pada saat ini detik ini tahun
1994 jumlah warga yang sah di wisuda ±90000
tingkat dasar,dan tingkat R buka 20.000 dan R tutup 1.500 orang
pendekar. Untuk tingkat akhir untuk menyelesaikan masih perlu latihan
lanjutan tingkat Tarekat, semua warga harus rajin berlatih jasmani dan
rohaniah dengan banyak melakukan laku/puasa.
Arti Lambang / Simbul dan Bendera
Ø Arti Marga Luyu : Marga adalah jalan atau Kesatuan
Luyu adalah suci,lurus,luhur.
Marga
Luyu adalah jalan menuju kesatuan yang suci dan luhur,sesuai dengan
arti Margaluyu adalah kita menjadikan setiap putra putri Indonesia
menjadi orang yang baik budi luhur selalu takwa terhadap Tuhan Ynag Maha
Esa menurut agama dan kepercayaan masing-masing pemeluknya,saling
menghormati antar agama,harus rukun,damai dan menghormati perguruan
lain.
Ø Arti lambang Tangan memegang petir ; artinya setiap putra Margaluyu 151 tidak takut menghadapi tantangan atau bahaya apapun besarnya.
Ø Arti 151 :
Satu sifat untuk membangun
Lima Pancasila
Satu Kejayaan
Ø Arti
151 adalah kita selalu mementingkan persatuan untuk membangun dan
mempertahankan Pancasila untuk mencapai kejayaan,matipun rala untuk
mempertahankan dan membela pancasila dan UUD 1945.
Ø Arti warna bendera :
o Merah : Berani
o Kuning : Keluhuran
o Hitam : Keabadian
Perlu
ditegaskan bahwa, simbul tangan memegang petir adalah merupakan
kekuatan yang maha dahsyat yang hanya Ki Ageng Selo putra dari
Grobogan,Purwodadi Jawa Tengah yang mampu
menangkap petir. Juga dari raja–raja dipulau Jawa ikut
menyaksikanseperti ada rupa petir dan wujudnya itu. Memang dengan mata
wajar tidak akan dapat melihat dan rupa wujud petir,tapi para raja yang
membawa nujumnya masing-masing dapat melihat dengan jelas rupa dan wujud
petir. Petir itu tidak ubahnya seperti manusia yang pada waktu itu ada
dua petir yang dapat ditangkap yang satu laki-laki yang rupanya sangat
bagus sekali dan satunya lagi putri yang rupanya sangat cantik sekali
bagai bidadari dar khayangan,waktu itu diikat dengan tali dari jalinan
akar pohon Gayam. Ternyata walaupun kuat toh putus yang akhirnya hanya
diikat dengan suket atau rumput Gerinting baru dapat dijinakkan dan
diikat dibawah pohon jarak setelah beberapa hari baru dilepas dan
memberikan salam kepada ahli waris putra putri Ki Ageng Selo bahwa kalau
ada bledek yang menggelegar diharapkan hanya mengucap salam “ Gandrik Galih Asem Putrane Ki Ageng Selo “
. sampai orang jawa bila ada petir selalu dan masih ingat akan pesannya
sang petir ialah gandrik galih ngasem putune kiageng selo. Insya Allah
selamat,dan kebetulan Kiageng Selo masih ada aluran keturunan sang
penulis ini karena Kiageng Selo adalah masih eyang buyut embah dari
bapak saya,kononya Kiageng Selo masih keturunan Raja Majapahit yang
paling akhir,maka dengan kehebatannya lambang dari ML 151 mengambil
sarinya dengan tangan memegang petir berarti semua warga ML 151 tidak
boleh mundur selangkah dalam menghadapi tantangan atau musuh betapapun
hebat dan tinggi ilmunya oleh karena sejak tahun 1959 oleh Eyang Andhak
Dinata telah direstuinya untuk memperteguh tegak berdirinya ML 151
sampai akhir zaman,dan ditambah dengan kode kesatuan adalah 151.seperti
diatas sudah dijelaskan bahwa arti 151 adalah sifat putra putri untuk
membangun dan sekaligus untuk mempertahankan dan membela Pancasila
sampai akhir zaman. Jayalah Pancasila sebagai dasar negara RI yang
tercinta sebagai falsafatnya bangsa Indonesia. Dengan demikian tidak
hanya untuk main-main arti dan makna simbul tersebut harus ditegakkan
dan dipertahankan sebagai bendera ML 151 yang mulia dan luhur,ini bagian
dan harus para penerus ML 151 harus dengan gagahnya memegang teguh
untuk dirungkepi sampai akhir hayatnya.
Untuk
selanjutnya sebagai tekat dan sumpah setiap putra putri ML 151 harus
selalu berasaskan Pancasila dan UUD 1945,ini sejak Indonesia Merdeka 17
Agustus 1945 yang berdasarkan Pancasila,maka sejak tanggal 6 Juni 1946
Marga Luyu juga sudah berasaskan Pancasila dan UUD 1945,ML 151 adalah
satu-satunya perguruan yang tertua di bumi Indonesia ini yang terlebih
dahulu memakai azaz Pancasila dan UUD 1945,Dirgahayu ML 151 semoga terus
berkembang tanpa di promosikan dan disiarkan karena ilmu harus
dicari,bukan untuk ditonjolkan atau dipamerkan,maka dengan cara
kekeluargaan dan persaudaraan dari teman ke teman,dari keluarga ke
keluarga yang lain dapat berkembang dengan suburnya dan tidak kalah
dengan perguruan lainyang selalu disiarkan melalui cara-cara apapun.
Setelah
kita bersama sesaat mengamati perkembangan perjalanan Gerak Badan
Pencak MARGALUYU 151,marilah kita dengan hati tenang tapi pasti apa
sebetulnya inti pelajaran beladiri ML 151 ini,Pertama tama kita harus
mengunjukan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas ridlonya bahwa ML
151 sampai sekarang dapat berkembang dengan pesat, ini berarti karena
rahmat tuhan,semoga kita selalu dilindunginya amin.
Untuk
perlu diketahuinya bahwa ML 151 bersumber pada gerak jurus-jurus
melalui latihan fisik yang dilakukan terus menerus sampai
selesai,artinya dari jurus satu sampai jurus sepuluh dan ditambah jurus
peragaan kombinasi juga sepuluh gabungan jurus, setelah ini latihan
jurus dasar selesai baru diadakan pendadaran atau ujian untuk ikut dan
tidaknya wisuda,memang ML 151 disamping dengan jurus dasar dengan tenaga
fisik untuk memperoleh power atau kekuatan inti melalui
pernafasan,inilah sumber pokok tenaga pernafasan yang harus mampu dan
digunakan untuk membela diri dari serangan lawan atau untuk menyerang
lawan,disamping itu juga ditambah
tenaga inti yaitu tenaga dari ilahi Tuhan Yang Maha Esa setelah semua
selesai harus dilakukan laku puasa dan semua akan dan sudah diatur
sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan,maka setiap putra
putri ML 151 harus seimbang kekuatan jasmaninya dengan rohaninya,saling
mendukung untuk menyatukan tekad satu tujuan artinya adalah untuk tujuan
yang mulia dan baik seperti arti ML 151,harus jadi orang atau pendekar
yang arif dan bijaksana,jujur selalu menghormati orang lain atau
perguruan lain dan harus manusia teladan ING NGARSO SUNG TULADHA, ING
MADYA MANGUN KARSA, TUTWURI HANDAYANI kita didepan harus menjadi contoh
dan panutan yang baik dan luhur,tapi tengah pembangunan harus bekerja
tanpa pamrih dan apa bila dibelakang harus selalu ngemong dan merestui
semua yang kita kerjakan bersama.
sumber : http://kang-galih.blogspot.com/2012/03/pedoman-suci-gerak-badan-pencak.html